Aliran
sesat syi’ah yang di Indonesia dijajakan dengan label agama yang damai,
hanyalah tipuan belaka. Karena aslinya, aliran sesat syi’ah itu memerangi
Islam, sebagaimana terjadi di Iran dan Suriah, bahkan di Sampang (Madura)
sampai akhirnya mendapat perlawanan telak dari ulama dan jama’ah NU yang
istiqomah melawan aliran sesat syi’ah laknatulloh.
Bahkan,
tudingan Salafy-Wahabi ini oleh propagandis aliran sesat syi’ah militan seperti
Zen Al-Hady laknatulloh (narasumber Radio Silaturohim alias Rasil AM 720 di
Cibubur Jakarta), ditempelkan kepada pemerintahan Saudi. Lebih jauh, dalam
rangka memprovokasi umat Islam untuk membenci Saudi yang katanya Wahabi itu,
Zen Al-Hady dalam salah satu dakwah online di Rasil mengatakan pemerintah Saudi
pada masa-masa dahulu, pernah menggolongkan pemahaman keagamaan seperti
dipraktekkan oleh NU sebagai sesat atau kafir (Lihat tulisan berjudul Radio
Silaturahim Pro Syi’ah? http://nahimunkar.com/10988/radio-silaturahim-pro-syiah/)
Benarkah Saudi produsen Salafy-Wahabi sebagaimana dituduhkan pengasong aliran sesat syi’ah dan praktisi bid’ah? Faktanya tidaklah demikian. Said Agil Siradj ketua umum PBNU yang menuntut ilmu di Ummul Quro Makkah hingga tingkat doktoral, kini menjadi pengasong aliran sesat syi’ah dan tetap dengan kegemarannya mempraktikkan bid’ah dholalah.
Habib
Riziek pentolan FPI yang pernah menuntut ilmu di Ummul Quro Makkah selama tujuh
tahun, ternyata tetap dengan praktik dan pemahaman keagamaan yang khas NU
(maulidan, haul, tahlilan dan sebagainya). Namun, meski hanya tujuh hari di
Iran (2006), ia sontak menjadi pembela aliran sesat syi’ah laknatullah.
Dari
dua contoh di atas, terbukti lulusan Ummul Quro Makkah tidak berpaham
Salafy-Wahabi, tetapi justru menjadi pengasong aliran sesat syi’ah dan praktisi
bid’ah. Berbeda dengan mahasiswa lulusan Iran, yang hingga kini tetap konsisten
menjadi pembela paham sesat syi’ah laknatulloh.
Di
tahun 1984, sosok bernama Ibrahim alias Jawad yang ‘hanya’ dua tahun sekolah di
Iran, ketika pulang ke Indonesia sudah berani ngebom-ngebom, bahkan membiayai
seluruh tindakan radikalnya itu. Doktrin apa yang diajarkan perguruan tinggi di
Iran sehingga dengan waktu singkat sudah bisa menghasilkan sosok syi’ah yang
militan?
Pertanyaan
lainnya adalah, upaya apa yang dilakukan pemerintah Iran sehingga sosok lulusan
Ummul Quro yang hanya berkunjung ke Iran selama tujuh hari saja, sudah jadi
pembela aliran sesat syi’ah di Indonesia?
Boleh
jadi karena doktrin, hipnotis, atau fulus. Penanaman doktrin jelas perlu waktu
yang lama, sehingga tidak mungkin dalam waktu tujuh hari seseorang bisa menjadi
pembela aliran sesat syi’ah militan. Begitu juga dengan hipnotis, yang
berdaya-guna singkat, mungkin dalam hitungan jam atau hari saja efektifitasnya,
tidak sampai bertahun-tahun. Yang paling manjur boleh jadi fulus.
Dengan
fulus, sosok yang semula laki-laki bisa menjadi perempuan. Dengan fulus, sosok
yang semula beragama tauhid bisa menjadi paganis. Dengan fulus, sosok yang
semula berakidah ahlussunnah wal jama’ah bisa menjadi berpaham syi’ah
laknatullah.
Para
pengasong aliran sesat syi’ah itu bukan dalam rangka menegakkan kebenaran
agama, mereka kaki tangan pemerintah zionis Iran yang ingin punya basis politik
kuat di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun kemungkinan
bagai buih di lautan.
Mereka
mengambil kesempatan untuk mengelabui umat agar tidak melihat secara akidah
namun kenyataan secara politik. Itupun tidak utuh. Ancaman syi’ah terhadap
kekuasaan negeri-negeri Islam dan Ummat Islam sangat nyata, namun dinafikan
begitu saja. Yang dikemukakan adalah bahwa musuh kita itu Israel dan Amerika.
Padahal justru syiah itu bikinan Yahudi dan berkomplot dengan Yahudi sampai
kini. Kalau tidak, kenapa Ahmadinejad presiden Iran yang syiah itu memberi
hadiah kepada Ja’far Murtadha Al-‘Amili penulis buku terbaik yang intinya
Masjid Al-Aqsha bukan di Palestina tapi di langit. Seorang ulama besar Syiah
abad ini, yakni Jafar Murtada Al Amili, telah menulis sebuah buku berjudul
”Ayna Masjid al-Aqsha?” (Di Manakah Masjid Al Aqsha?) yang intinya
mengungkapkan bahwa keberadaan Masjid Al-Aqsha yang sesungguhnya bukanlah di
bumi Al-Quds, melainkan di langit.
Itu
tentunya untuk menyenang-nyenangkan Yahudi Israel, dan menunjukkan tidak
pedulinya terhadap Palestina bahkan tak peduli terhadap kebenaran dalam Islam.
Memangnya ketika qiblat Ummat Islam untuk shalat masih ke arah Masjidil Aqsha
(sebelum dinasakh ke arah Ka’bah) Nabi Muhammad shollalloohu ‘alaihi wa sallam
kalau shalat mendongak menghadap ke langit? Justru yang ada adalah larangan
shalat dengan menghadapkan wajah ke langit. Itulah bukti bohongnya syeikh syiah
itu, namun karena untuk menyenang-nenangkan Yahudi, maka sampai presiden syiah
Iran, Ahamadinejad pun memberi hadiah langsung kepadanya.
Itu
belum ancaman keamanan dari segi narkoba dan ancaman rusaknya moral dari segi
pelacuran tapi diatasnamakan agama yakni nikah mut’ah. Yang seperti ini padahal
sangat berbahaya, namun oleh para pengasong syiah dan bid’ah tidak dianggap
sebagai ancaman sama sekali. Sepi. Justru mereka sibuk menonjolkan tentang apa
yang mereka sebut persatuan sesama Muslimin.
Maka
mereka pun menunjuk adanya upaya upaya mendamai-damaikan Sunni-Syi’ah
sebagaimana berlangsung sampai kini. Lalu upaya itu diberi cermin berupa
kebijakan politik penguasa di sana-sini, yang pada hakekatnya urusan kebijakan
politik yang tidak dapat dijadikan sebagai standar dalam memandang syiah itu
sesat atau tidak. Sedangkan untuk urusan akidah, syi’ah sudah jelas tetap sesat
menyesatkan, bukan bagian dari Islam, bahkan mengancam kehidupan.
Oleh
karena itu, Ummat Islam perlu memegangi aqidahnya bahwa apapun kebijakan
politik pemerintah Indonesia, bagi keyakinan Islam: syi’ah tetap sesat
menyesatkan. Apapun kebijakan politik Saudi Arabia, bagi keyakinan Islam:
syi’ah tetap sesat menyesatkan. Apapun kebijakan politik negara-negara Timur
Tengah, bagi keyakinan Islam: syi’ah tetap sesat menyesatkan. Semoga Alloh memberikan
hidayah & petunjuk Nya kepada para tokoh Islam yang mencampur-adukkan
akidah dengan kepentingan politik, serta ikut-ikutan menerapkan talbis al-iblis
ke tengah-tengah umat Islam Indonesia sehingga berpotensi terjerumus ke dalam
lembah kesesatan paham sesat syi’ah.
Para
pengasong aliran sesat syi’ah itu berupaya agar syi’ah diterima sebagai salah
satu mazhab di dalam Islam. Selama ini, di dalam masyarakat Islam, ada empat
mazhab yang sudah diakui dunia, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.
Nah, pengasong aliran sesat syi’ah menggunakan jalur politis untuk memasukkan
Mazhab Ja’fari sebagai mazhab kelima.
Mazhab Ja’fari itu sebenarnya sama dengan syi’ah Imamiyah atau Itsna ‘Asyariyah (imam dua belas) yang berkembang di Iran. Syi’ah ini, mengkafirkan siapa saja yang tidak beriman kepada keimaman (al-imamah) yang ada dalam rukun iman mereka. Jadi, mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan, Hanbali itu termasuk yang dikafirkan oleh syi’ah Ja’fari ini. Oleh pengasong syi’ah laknatulloh, syi’ah Ja’fari ini minta diakui sebagai mazhab kelima di dalam Islam (sebagai mazhab Ja’fari).
Mazhab Ja’fari itu sebenarnya sama dengan syi’ah Imamiyah atau Itsna ‘Asyariyah (imam dua belas) yang berkembang di Iran. Syi’ah ini, mengkafirkan siapa saja yang tidak beriman kepada keimaman (al-imamah) yang ada dalam rukun iman mereka. Jadi, mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan, Hanbali itu termasuk yang dikafirkan oleh syi’ah Ja’fari ini. Oleh pengasong syi’ah laknatulloh, syi’ah Ja’fari ini minta diakui sebagai mazhab kelima di dalam Islam (sebagai mazhab Ja’fari).
Di
sinilah letak keculasan para pengasong syi’ah. Umat Islam dipaksa-paksa
menerima Ja’fari sebagai mazhab Islam, sementara Ja’fari sendiri mengkafirkan
umat Islam. Seharusnya umat Islam memerangi Ja’fari yang sudah mengkafirkan
umat Islam, bukan menerimanya sebagai bagian dari mazhab Islam.
Zen
Al-hady seorang pentolan yang mengusung syiah di Condet Jakarta, dalam
serangkaian propagandanya selalu menekankan agar umat Islam tidak menjadikan
mazhab sebagai agama, dan sebagainya. Namun sambil menghimbau itu ia justru
seperti meng AGAMA kan mazhab Ja’fari. Begitulah watak pengasong syi’ah.
Bertindak munafik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar