Siapa sebenarnya Khomeini. Tokoh yang sangat dipuja oleh rakyat Syiah
Imamiyah Iran dan juga Hizbullah dengan Syed Hassan Nasrallahnya ini
memiliki banyak kontradiksi. Di sini kita hanya melihat sisi-sisi seorang Khomeini dari sejumlah
pandangan, sikapnya, dan juga tulisan-tulisannya. Inilah di antaranya:
Khomeini merupakan tokoh pencetus teori “walayatul faqih. Karena menentang teori ini, maka Ayatollah Hasan Thabathab yang
tinggal di Qum diperangi oleh Khomeini, seperti dilarang menggunakan
pesawat telepon, dilarang menemui sahabatnya, saluran air dan listrik ke
rumahnya di putus, juga tidak boleh menjalani pengobatan di rumah sakit
jika dia menderita sakit. Hasan Thabathab menentang teori
“Khomeinism” ini yang dianggapnya dapat menjadikan Khomeini seorang
diktator, sebagai wali Allah. Saya tidak dapat menerima hal itu.
“Saya berpesan kepada semua ulama dan para cendekiawan bahwa segala apa yang terjadi di Iran dengan ‘Revolusi Islam’nya sebenarnya tidak ada kaitannya dengan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dan malah banyak bertentangan dengan nash-nash Qur’an yang sampai pada kita. Apa yang diperbuat Khomeini dengan pejabat-pejabatnya sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Islam, ” tandas Ayatollah Hasan Thabathab (Naqdu Walayatil Faqih-Muhammad Maalullah, hal 27 & 28, 30 & 31)
Teori ‘Khomeinisme” atau
“Walayatul faqih” juga mendapat kecaman dari Dr. Musa Al-Musavi, seorang
cendekiawan Syiah Iran. Musavi berpendapat, “Walayatul faqih adalah
satu bid’ah yang meyakini bahwa penguasa-penguasa merupakan wakil-wakil
Imam Mahdi di zaman Ghaibah Kubra (Keghaiban Besar). Ide ini
sesungguhnya berasal dari pemikiran huluhiyyah (inkarnasi) yang terdapat
dalam dogma Kristiani yang meyakini bahwa Allah telah menjelma di dalam
diri Al-Masih dan Al-Masih pula telah menjelma di dalam Paus. ”
Dr. Musavi juga mengatakan, “Konsep walayatul faqih bertentangan dengan
nash al-Quran dan barangsiapa secara sengaja dan jelas menentang nash
Allah, maka dia telah keluar dari Islam. ” (hal 73)
Walayatul faqih secara ringkas berarti bahwa seorang penguasa yang faqih
bertindak sebagai wakil dari Imam Mahdi dalam memerintah rakyatnya yang
sudah putus asa karena Imam Mahdi yang sejati tidak dating-datang juga.
Jadi menurut konsep yang juga dikenal sebagai ‘Khomeinisme’ ini,
seorang penguasa merupakan seorang ‘pejabat pelaksana’ Imam Mahdi
(Khomeini, Al-Hukumah Al-Islamiyah, hal 74).
Ajaran dan`trend’ yang dibawa Khomeini merupakan
satu pecahan baru dari aliran Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyyah. Sebab
itu dinamakan “Khomeinism”. Selain taqiyyah, Syiah Imamiyah juga meyakini secara akidah bahwa para
Imam Dua Belas itu manusia yang maksum (terpelihara dari dosa besar dan
kecil), sederajat dengan Rasulullah SAW. Khomeini berkata, ” Kita tidak
dapat menggambarkan para Imam itu lupa dan lalai. ” (Al-hukumah
Al-Islamiyyah, hal 91)
Dalam bukunya “Kasyful Asrar” (hal 114) Khomeini secara implisit mengatakan bahwa al-Qur’an yang ada sekarang telah diselewengkan karena tidak memuat nama para Imam Dua Belas. “Abu Bakar dan Umar telah banyak menyalahi hukum-hukum Allah. Mereka berdua telah banyak mempermainkan hukum-hukum Tuhan. Mereka telah menghalalkan dan mengharamkan dari pihak diri-sendiri. Mereka berdua telah melakukan kezaliman terhadap Fatimah dan anak cucunya” (Kasyful Asrar, hal 110).
Khomeini juga merupakan salah satu dari enam ulama Syiah yang telah mensahkan dan merestui kitab “Tuhfatul Awam” yang mengandungi doa supaya Allah melaknat Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, dan pengikut-pengikutnya.
Tentang Mut’ah, nikah sementara, Khomeini menulis bahwa Mut’ah boleh dilakukan dengan perempuan Yahudi, Nasrani, Majusi, juga dengan para pelacur (Khomeini, Tahrirul Wasilah, jilid 2 hal. 292).
Inilah sebagian pemaparan tentang Khomeini dan Syiahnya. Inilah bobroknya akidah syiah yang dapat merongrong dan menghancurkan agama Islam dari dalam. Untuk itu, kita sepakat tidak mengakui Syiah sebagai bagian dari Agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar