Inilah
DOKUMEN RAHASIA sekte agama Syiah, tentang misi jangka panjang mereka (50 th),
untuk menegakkan kembali dinasti Persia yang telah runtuh oleh Islam
berabad-abad lamanya, sekaligus membumi-hanguskan negara-negara Ahlus Sunnah,
musuh bebuyutan mereka. Dokumen ini disebarkan oleh Ikatan Ahlus Sunnah di
Iran, begitu pula majalah-majalah di berbagai negara Ahlus Sunnah (ISLAM),
termasuk diantaranya Majalah al-Bayan, edisi 123, Maret 1998.
Karena
naskah yang tersebar adalah naskah dalam bahasa arab, maka kami terjemahkan ke
dalam bahasa indonesia, agar orang yang tidak mampu berbahasa arab pun bisa
memahami isi naskah tersebut. Sekarang kami persilahkan Anda membaca
terjemahannya dibawah ini:
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bila
kita tidak mampu untuk mengusung revolusi ini ke negara-negara tetangga yang
muslim, tidak diragukan lagi yang terjadi adalah sebaliknya, peradaban mereka
yang telah tercemar budaya barat akan menyerang dan menguasai kita.
Alhamdulillah,
berkat anugerah Allah dan pengorbanan para pengikut imam yang pemberani-
berdirilah sekarang di Iran, Negara Syiah Itsna Asyariyyah (syiah pengikut 12
imam), setelah perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, atas dasar
petunjuk para pimpinan syi’ah yang mulia- kita mengemban amanat yang berat dan
bahaya, yakni: menggulirkan revolusi.
Kita
harus akui, bahwa pemerintahan kita adalah pemerintahan yang berasaskan madzhab
syi’ah, disamping tugasnya melindungi kemerdekaan negara dan hak-hak rakyatnya.
Maka wajib bagi kita untuk menjadikan pengguliran revolusi sebagai target yang
paling utama.
Akan
tetapi, karena melihat perkembangan dunia saat ini dengan aturan UU antar negaranya,
tidak mungkin bagi kita, untuk menggulirkan revolusi ini, bahkan bisa jadi hal
itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan kelangsungan kita.
Karena
alasan ini, maka -setelah mengadakan tiga pertemuan, dan menghasilkan
keputusan, yang disepakati oleh hampir seluruh anggota-, kami menyusun strategi
jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5 tahapan, setiap tahapan berjangka
10 tahun, yang bertujuan untuk menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh
negara-negara tetangga, dan menyatukan kembali dunia Islam (dengan
men-syi’ah-kannya).
Karena
bahaya yang kita hadapi dari para pemimpin Wahabiah dan mereka yang berpaham
ahlus sunnah, jauh lebih besar dibandingkan bahaya yang datang dari manapun
juga, baik dari timur maupun barat, karena orang-orang Wahabi dan Ahlus Sunnah
selalu menentang pergerakan kita. Merekalah musuh utama Wilayatul Fakih dan
para imam yang ma’shum, bahkan mereka beranggapan bahwa menjadikan faham syi’ah
sebagai landasan negara, adalah hal yang bertentangan dengan agama dan adat,
dengan begitu berarti mereka telah memecah dunia Islam menjadi dua kubu yang
saling bermusuhan.
Atas dasar ini:
Kita
harus menambah kekuatan di daerah-daerah berpenduduk Ahlus Sunnah di Iran,
khususnya kota-kota perbatasan. Kita harus menambah masjid-masjid dan
husainiyyat kita di sana, disamping menambah volume dan keseriusan dalam
pengadaan acara-acara peringatan ritual syi’ah.
Kita
juga harus menciptakan iklim yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh
90-100 persen penduduk Ahlus Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar
kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman, ke daerah-daerah
tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di sana.
Dan
merupakan kewajiban negara dan instansinya, untuk memberikan perlindungan langsung
kepada mereka yang diutus untuk menempati daerah itu, dengan tujuan agar dengan
berlalunya waktu, mereka bisa merebut jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat
pendidikan dan layanan umum, yang masih di pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi
yang kami buat untuk pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak
kalangan- akan membuahkan hasil, tanpa adanya kericuhan, pertumpahan darah,
atau bahkan perlawanan dari kekuatan terbesar dunia. Sungguh dana besar yang
kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-balik.
Teori
Memperkuat Pilar-pilar Negara:
Kita
tahu, bahwa kunci utama untuk menguatkan pilar-pilar setiap negara, dan
perlindungan terhadap rakyatnya, berada pada tiga asas utama:
Pertama : Kekuatan yang dimiliki oleh pemerintahan yang sedang
berkuasa.
Kedua : Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ulama dan
penelitinya.
Ketiga : Ekonomi yang terfokus pada kelompok pengusaha pemilik modal.
Apabila
kita mampu menggoncang pemerintahan, dengan cara memunculkan perseteruan antara
ulama dan penguasanya, atau memecah konsentrasi para pemilik modal di negara
itu, dengan menarik modalnya ke negara kita atau negara lain, tak diragukan
lagi, kita telah menciptakan keberhasilan yang gemilang dan menarik perhatian
dunia, karena kita telah meruntuhkan tiga pilar tersebut.
Adapun
rakyat jelata setiap negara, yang berjumlah rata-rata 70-80 persen, mereka
hanyalah pengikut hukum dan kekuatan yang menguasainya. Mereka disibukkan oleh
tuntutan hidupnya, untuk mencari rizki, makan dan tempat tinggalnya. Oleh
karena itu, mereka akan membela siapa pun yang sedang berkuasa. Dan untuk
mencapai atap setiap rumah, kita harus menaiki tangga utamanya.
Tetangga-tetangga
kita dari kaum Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah: Turki, Irak, Afganistan,
Pakistan, dan banyak negara kecil di pinggiran selatan, serta gerbangnya negara
teluk persia, yang tampak seakan negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya
berpecah-belah.
Daerah-daerah
ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di masa lalu, maupun di
masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat kerongkongan dunia di bidang minyak
bumi. Tidak ada di muka bumi ini kawasan yang lebih sensitif melebihinya. Para
penguasa di kawasan ini memiliki taraf hidup yang tinggi, karena penjualan minyak
buminya.
Kategori
Penduduk di Kawasan Ini
Penduduk
di kawasan ini terbagi dalam tiga golongan:
1. Penduduk baduwi dan padang pasir, yang telah
ada sejak beratus-ratus tahun lalu.
2. Pendatang yang hijrah dari berbagai pulau dan
pelabuhan, yang telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi,
dan terus berlangsung hingga zamannya Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind, Raja
al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi. Dan telah banyak perjalanan hijrah dari
waktu ke waktu, sejak mulainya revolusi Islam.
3. Mereka yang berasal dari negara arab lainnya,
dan kota-kota pedalaman Iran.
Adapun
lahan bisnis, perusahaan ekspor impor dan kontraktor, biasanya dikuasai oleh
selain penduduk asli. Sedangkan penduduk asli, kebanyakan mereka hidup dari
menyewakan lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para keluarga penguasa, biasanya
mereka hidup dari gaji pokok penjualan minyak buminya.
Adapun
kerusakan masyarakat, budaya, banyaknya praktik yang menyimpang dari islam, itu
sangat jelas terlihat. Karena mayoritas penduduk negara-negara ini, telah larut
dalam kenikmatan dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari mereka yang
mulai membeli perumahan, saham perusahaan, dan menyimpan modal usahanya di
Eropa dan Amerika, khususnya di Jepang, Inggris, Swedia, dan Swiss, karena
kekhawatiran mereka akan runtuhnya negara mereka di masa-masa mendatang.
Sesungguhnya dengan menguasai negara-negara ini, berarti kita telah menguasai
setengah dunia.
Beberapa
Tahapan Dalam Menggulirkan Revolusi Ini
Untuk
menjalankan misi panjang 50 tahun ini, langkah pertama yang harus kita lakukan
adalah: memperbaiki hubungan kita dengan negara-negara tetangga, dan harus ada
hubungan yang kuat dan sikap saling menghormati, antara kita dengan mereka.
Bahkan kita juga harus memperbaiki hubungan kita dengan Irak, setelah perang
berakhir dan Sadam Husein jatuh, karena menjatuhkan seribu kawan itu lebih
ringan, dibanding menjatuhkan satu lawan.
Dengan
adanya hubungan politik, ekonomi dan budaya antara kita dengan mereka, tentunya
akan masuk sekelompok kader dari Iran ke negara-negara ini, sehingga
memungkinkan kita untuk mengirim para duta secara resmi, yang pada hakekatnya
adalah pelaksana program revolusi ini, selanjutnya kita akan tentukan misi
khusus mereka saat menugaskan dan mengirimkannya.
Janganlah
kita beranggapan bahwa 50 tahun adalah waktu yang panjang, karena kesuksesan
langkah kita ini benar-benar membutuhkan perencanaan yang berkelanjutan hingga
20 tahun. Sungguh tersebarnya paham syi’ah, yang kita rasakan di banyak negara
saat ini, bukanlah buah dari perencanaan 1 atau 2 hari.
Dulunya
kita tidak memiliki seorang pun pegawai di negara manapun, apalagi kader dengan
jabatan menteri, wakil negara dan presiden. Bahkan dulunya banyak kelompok,
seperti Wahabiah, Syafi’iah, Hanafiah, Malikiah, dan Hanbaliah, memandang kita
sebagai kelompok yang murtad dari Islam, sehingga pengikut mereka telah
berkali-kali mengadakan pemusnahan kaum syi’ah secara massal.
Memang
benar kita tidak merasakan pahitnya hari-hari itu, tetapi nenek moyang kita
pernah merasakannya. Kehidupan kita hari ini adalah buah dari gagasan,
pemikiran dan langkah mereka. Mungkin juga kita tidak akan hidup di masa depan,
akan tetapi revolusi dan madzhab kita akan tetap ada.
Untuk
menunaikan misi ini, tidaklah cukup hanya dengan mengorbankan hidup, atau
apapun yang paling berharga sekalipun, akan tetapi juga membutuhkan pemrograman
yang telah matang dikaji.
Harus
ada perencanaan untuk masa depan, walaupun untuk 500 tahun ke depan, apalagi
hanya 50 tahun saja. Karena kita adalah pewaris berjuta-juta syuhada’, yang
gugur di tangan setan-setan yang mengaku muslim, darah mereka terus mengalir
dalam sejarah, sejak meninggalnya Rasul hingga hari ini. Dan cucuran darah itu
tidak akan kering, sehingga setiap orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali
dan keluarga Rosululloh, mengakui kesalahan nenek moyang mereka, dan mengakui
syi’ah sebagai pewaris utama ajaran Islam.
Beberapa
Tahapan Penting Dalam Perjalanan Misi Ini
Tahap Pertama
(sepuluh tahun pertama):
Kita
tidak ada masalah dalam menyebarkan madzhab syi’ah di Afganistan, Pakistan,
Turki, Iran dan Bahrain. Karena itu, kita akan menjadikan tahapan sepuluh tahun
kedua, sebagai tahapan pertama di 5 negara ini.
Sedangkan
tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal:
Pertama:
Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan.
Kedua:
Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan fasilitasnya kepada para
pengikut paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang dibeli, sehingga
bertambah banyak jumlah penduduk yang sepaham dengan kita.
Ketiga:
Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para pemodal di pasar dagang,
dengan para pegawai kantor, khususnya mereka yang menjabat sebagai kepala
tinggi, dengan tokoh publik dan dengan siapapun yang memiliki hak keputusan
penuh di berbagai instansi negara.
Di
sebagian negara-negara ini, ada beberapa daerah, yang sedang dalam proyek
pengembangan, bahkan di sana ada rencana proyek pengembangan untuk puluhan
desa, kampung, dan kota kecil lainnya.
Tugas
wajib para duta yang kita kirim adalah membeli sebanyak mungkin rumah di desa
itu, untuk kemudian dijual dengan harga yang pantas kepada orang yang mau
menjual hak miliknya di pusat kota. Sehingga dengan langkah ini, kota yang
padat penduduknya bisa kita rebut dari tangan mereka.
Tahap Kedua
(sepuluh tahun kedua):
Kita
harus mendorong masyarakat syi’ah untuk menghormati UU, taat kepada para
pelaksana UU dan pegawai negara, serta berusaha mendapatkan surat ijin resmi
untuk berbagai acara ritual syi’ah, pendirian masjid, dan husainiyyat. Karena
surat ijin resmi tersebut, akan kita ajukan sebagai tanda bukti resmi di
masa-masa mendatang untuk mengadakan berbagai acara dengan bebas.
Kita
juga harus berkonsentrasi pada kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya,
untuk kita jadikan sebagai tempat diskusi tentang masalah-masalah (syiah) yang
sangat sensitif.
Para
duta syi’ah, -pada dua tahapan ini- diharuskan untuk mendapatkan
kewarganegaraan dari negara yang ditempatinya, dengan memanfaatkan relasi atau
hadiah yang sangat berharga sekalipun. Mereka juga harus mendorong para
kadernya agar menjadi pegawai negeri, dan segera masuk -khususnya- dalam
barisan militer negara.
Pada
pertengahan tahap kedua: Harus dihembuskan -secara rahasia dan tidak langsung-
isu bahwa ulama Ahlus Sunnah dan Wahabiah adalah penyebab kerusakan di
masyarakat, dan berbagai praktek menyimpang syariat yang banyak terjadi di
negara itu. Yaitu melalui selebaran-selebaran yang berisi kritikan, dengan
mengatas-namakan sebagian badan keagamaan atau tokoh Ahlus Sunnah dari negara
lain.
Tak
diragukan lagi, ini akan memprovokasi sejumlah besar rakyat negara itu,
sehingga pada akhirnya mereka akan menangkap pimpinan agama atau figur Ahlus
Sunnah yang dituduh itu, atau kemungkinan lain; rakyat negara itu akan menolak
isi selebaran itu, dan para ulamanya akan membantahnya dengan sekuat tenaga.
Dan setelah itu kita munculkan banyak huru hara, yang akan berakibat pada
diberhentikannya penanggung jawab masalah itu, atau digantikannya dengan staf
yang baru.
Langkah
ini, akan menyebabkan buruknya kepercayaan pemerintah kepada seluruh ulama di
negaranya, sehingga menjadikan mereka tidak bisa menyebarkan agama, membangun
masjid dan pusat pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap
seluruh ajakan yang berbau agama sebagai bentuk pelanggaran terhadap peraturan
negara.
Ditambah
lagi, akan berkembang rasa benci dan saling menjauh antara penguasa dengan
ulama di negara itu, sehingga Ahlus Sunnah dan Wahabiyah akan kehilangan
pelindung mereka dari dalam, padahal tidak mungkin ada orang yang melindungi
mereka dari luar.
Tahap Ketiga (sepuluh tahun ketiga):
Pada
tahap ini, telah terbangun jaringan yang kuat, antara duta-duta kita dengan
para pemilik modal dan pegawai atasan, diantara mereka juga banyak yang telah
masuk dalam barisan militer dan jajaran pemerintahan, yang bekerja dengan penuh
ketenangan dan hati-hati, tanpa ikut campur dalam urusan agama, sehingga
kepercayaan penguasa lebih meningkat lagi dari sebelumnya.
Pada
tahapan ini, di saat berkembangnya perseteruan, perpecahan, dan iklim yang
memanas antara penguasa dengan ulama, maka diharuskan kepada sebagian ulama
terkemuka syiah yang telah menjadi penduduk negara itu, untuk mensosialisasikan
keberpihakan mereka kepada penguasa negara itu, khususnya pada musim-musim
ritual keagamaan (syi’ah), sekaligus menampakkan bahwa syi’ah adalah aliran
yang tak membahayakan pemerintahan mereka.
Apabila
situasi memungkinkan mereka untuk bersosialisasi melalui media informasi yang
ada, maka janganlah ragu-ragu memanfaatkannya untuk menarik perhatian para
penguasa, sehingga mereka senang dan menempatkan kader kita pada jabatan
pemerintahan, dengan tanpa ada rasa takut atau cemas dari mereka.
Pada
tahapan ini, dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak pelabuhan, pulau,
dan kota lainnya di negara kita, ditambah dengan devisa perbankan kita yang
terus meningkat, kita akan merencanakan langkah-langkah untuk menjatuhkan
perekonomian negara-negara tetangga.
Tentu
saja para pemilik modal dengan alasan keuntungan, keamanan dan stabilitas
ekonomi, akan mengirimkan seluruh rekening mereka ke negara kita; dan ketika
kita memberikan kebebasan kepada semua orang, dalam menjalankan seluruh
kegiatan ekonominya, dan pengelolaan rekening banknya di negara kita, tentunya
negara mereka akan menyambut rakyat kita, atau bahkan memberikan kemudahan
dalam kerjasama ekonomi.
Tahap Keempat
(sepuluh tahun keempat):
Pada
tahap ini, telah terhampar di depan kita fenomena; dimana banyak negara yang
para penguasa dan ulamanya saling bermusuhan, pebisnis yang hampir bangkrut dan
lari, serta masyarakat yang tak aman, sehingga siap menjual hak miliknya dengan
separo harga sekalipun, agar mereka bisa pindah ke daerah yang aman.
Di
saat terjadinya kegentingan inilah, para duta kita akan menjadi pelindung bagi
hukum dan para penguasanya. Apabila para duta itu bekerja dengan
sungguh-sungguh, tentunya mereka akan mendapatkan jabatan terpenting dalam
pemerintahan dan kemiliteran, sehingga dapat mempersempit jurang pemisah antara
para pemilik perusahaan yang ada dengan para penguasa.
Keadaan
seperti ini, memungkinkan kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus
untuk penguasa sebagai para penghianat negara, dan ini akan menyebabkan
diberhentikannya mereka atau bahkan diusir dan diganti dengan kader kita.
Langkah
ini akan membuahkan dua keuntungan, pertama: Pengikut kita akan mendapat
kepercayaan yang lebih baik dari sebelumnya. Kedua: Kebencian ahlus sunnah akan
semakin meningkat, karena meningkatnya kekuatan syi’ah di berbagai instansi
negara. Ini akan mendorong ahlus sunnah untuk meningkatkan langkah menentang
penguasa. Di saat seperti itu, kader-kader kita harus bersanding membela
penguasa, dan mengajak masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan pada
saat yang bersamaan, mereka akan membeli kembali rumah dan barang yang semula
akan mereka tinggalkan.
Tahap Kelima
(sepuluh tahun terakhir):
Pada
sepuluh tahun kelima, tentunya iklim dunia telah siap menerima revolusi, karena
kita telah mengambil tiga pilar utama dari mereka, yang meliputi: keamanan dan
ketenangan dan kenyamanan. Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan menjadi
seperti kapal ditengah badai dan nyaris tenggelam, sehingga menerima semua
masukan yang akan menyelamatkan jiwanya.
Di
saat seperti ini, kita akan memberikan masukan melalui beberapa tokoh penting
dan terkenal, untuk membentuk himpunan rakyat dalam rangka memperbaiki keadaan
negara, dan kita akan membantu penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan
mengamankan negara. Tak diragukan lagi, tentunya mereka akan menerima usulan
itu, sehingga para kader pilihan kita akan mendapatkan hampir keseluruhan kursi
di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan larinya para pengusaha, ulama
dan pegawai setia pemerintahan, sehingga kita akan dapat menggulirkan revolusi
islam kita, ke berbagai negara, tanpa menimbulkan peperangan atau pertumpahan
darah.
Seandainya,
pada sepuluh tahun terakhir, rencana ini tidak membuahkan hasil, kita tetap
bisa mengadakan revolusi rakyat dan merebut kekuasaan dari tangan penguasa.
Apabila
penganut syi’ah adalah penduduk, penghuni dan rakyat negara itu, maka berarti
kita telah menunaikan kewajiban, yang bisa kita pertanggung-jawabkan di depan
Allah, agama, dan madzhab kita. Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang
kepada tampuk pimpinan, tetapi tujuan kita hanyalah menggulirkan revolusi,
sehingga kita mampu mengangkat bendera kemenangan agama tuhan ini, dan
menampakkan nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita mampu maju
melawan dunia kafir dengan kekuatan yang lebih besar, dan menghias alam dengan
cahaya Islam dan ajaran syi’ah, sampai datangnya imam Mahdi yang dinantikan.
Selesai
sudah naskah misi revolusi itu
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lihatlah
wahai para pembaca… betapa busuknya rencana mereka… betapa besarnya kebencian
mereka terhadap Ahlus Sunnah… Kita sekarang tahu bahwa Syi’ah bukanlah sekedar
aliran paham biasa, akan tetapi ia sekarang berubah menjadi aliran pergerakan
politik yang bisa merongrong eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana mereka
merencanakan pengguliran revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka
menjadikan dutanya sebagai alat penyebar aliran, sekaligus alat politiknya.
Subhanalloh…
semoga Alloh menyelamatkan kita Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ISLAM) dari tipu daya
mereka.
Allah
berfirman (yang artinya): “Mereka
membuat tipu daya, maka Alloh pun membalas dengan tipu daya. Dan Alloh adalah
sebaik-baik pembalas tipu daya…” (Qs Ali Imron: 54)
Semoga
tulisan ini bisa menyadarkan mereka yang menyuarakan, perlunya pendekatan
antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh
mengherankan, adakah yang masih mengharapkan kebaikan dari kaum yang selalu
berbohong atas Allah dan Rasul-Nya… Adakah yang masih ingin membangun kerukunan
dengan kaum yang meyakini bahwa Al-Qur’an sudah tidak orisinil lagi… Adakah
yang masih mengharapkan bersanding dengan kaum yang mengkafirkan Abu Bakar,
Umar, Utsman, bahkan seluruh Sahabat Rasul, kecuali tiga saja (Salman
al-Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah yang masih berprasangka baik kepada
kaum yang menuduh Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam selama hidupnya telah berzina dengan Aisyah…
Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik kaum yang telah membunuh ratusan
bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara lainnya… Adakah Ahlus
Sunnah yang masih toleran dengan kaum yang tidak mengizinkan satu pun
masjid Ahlus Sunnah di Teheran Ibu kota Iran…. Sungguh tidak pernah habis rasa
heran ini melihat kenyataan yang ada di lapangan…
Mungkin
banyak diantara kita yang tidak melihat bukti nyata dari omongan diatas…
mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di atas adalah sebatas tuduhan yang tak
beralasan… tapi ingatlah bahwa diantara inti ajaran kaum Syi’ah adalah TAKIYAH,
yakni: membohongi publik untuk keselamatan diri… ingatlah bahwa bohong semacam
itu dalam akidah mereka adalah amalan ibadah yang berpahala… Ingatlah hadits
palsu yang selalu mereka gembar-gemborkan: “Tidak
punya agama, siapa pun yang tidak menerapkan takiyah.”
Ternyata
selama ini, kita tidak melihat kejanggalan yang ada pada mereka, disebabkan
takiyah (baca: kebohongan) mereka kepada kita… Ternyata selama ini tidak
terlihat perbedaan yang mendasar antara kita dan mereka, karena tabir tebal
yang mereka gunakan untuk menutupi kebusukan batin… Tapi itulah,
sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga… Selincah-lincah kuda
berlari pasti akan terpeleset juga… Inilah diantara bukti semerbaknya bau busuk
mereka… Alhamdulillah..
awwalan wa aakhiron berkat Allah ‘azza wa jalla terbuka juga misi rahasia
jangka panjang mereka…
Subhaanakalloohumma
wa bihamdika… wa tabaarokasmuk wa ta’ala
jadduk… wa laa ilaaha ghoiruk…
Sumber
artikel: http://www.albayan-magazine.com/sereah.htm
Penerjemah:
Addariny Dipublikasi ulang oleh muslim.or.id dengan beberapa editing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar